Kamis, 17 November 2011

Super-Mom




Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang iibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri." 
(Q.S. 46 : 15)



Ibu.. Mama.. Ummi.. Emak.. Mami.. Bunda..

Begitu banyak sebutannya, meski tidak akan sebanding dengan banyak kebaikannya kepada kita. Ibu, bagai malaikat yang selalu ada di sisi kita. Mungkin ibu bukanlah wanita karir dengan segudang prestasi. Tapi bagiku, ibu adalah sosok yang melebihi itu. Saat orang lain mungkin tak mengerti apa yang ku inginkan, apa yang ku rasakan, ya, ibu yang mengertiku.

Ibu adalah super-sahabat, bagai mempunyai telinga super-tajam yang mampu mendengar jerit hatiku. Ibulah sandaran saat jatuh. Ibulah pegangan saat ku berusaha bangkit dari keterpurukanku. Ibu adalah sosok yang membanggakanku, membuatku merasa bahwa diriku masih berarti. Setidaknya, berarti untukku dan beliau.

Ibu adalah pahlawanku. Melahirkanku adalah perjuangan yang jika ku bayangkan adalah perjuangan yang begitu berat. Bagaimana tidak? Menjelang 1 Juni 1992, saat itu sedang ada kerusuhan. Ibu yang masih mengandungku harus pergi ke rumah sakit karena mungkin kelahiranku sudah dekat. Akhirnya, dengan diantarkan ayah menaiki motor, ibu tiba di rumah sakit. Alhamdulillah aku pun lahir dengan selamat pada hampir tengah malam.

Ibu ada menenangkanku. Ibu bercerita ketika ku kecil dulu. Aku yang baru 2 tahun memiliki seorang adik. Ketika adikku menangis, aku ikut menangis. Lalu ibu menenangkanku seraya berkata, "Adik gak apa-apa kok. Mbak gak usah ikut nangis juga." Barulah aku terdiam dari tangisku. (hehe.. namanya juga anak kecil. :p)

Ibu punya cara untuk menasehatiku. Mengajarkan kebaikan dan mencegah kemungkaran terhadap anak-anaknya. Teringat saat ku kecil dulu, aku yang begitu suka makan buah, sedang menyantap semangka. Lalu ibu berkata, " Mbak, bijinya jangan sampai tertelan, nanti bisa tumbuh lho." Dan tanpa sengaja, aku menelan biji semangka. Setelah itu aku terus meraba kepalaku, apa daun semangka sudah mulai muncul di kepalaku? (hahaaa. aku konyol. :p)

Ibu, mungkin kini kau sering merasa sepi di sana. Tanpa kedua anakmu karena merantau, atau karena ayah yang sering disibukkan oleh pekerjaannya. Hmm.. tapi biarlah itu yang memotivasiku untuk segera lulus dan sejenak kembali ke kota kelahiranku.

Ibu, kau memang bukanlah sosok sempurna. Tapi kau tak pernah henti berusaha menjadi sosok sempurna. Sempurna sebagai ibu bagi anak-anakmu. Ibu, mungkin bukanlah wanita super-kuat, tapi percayalah bahwa aku tak keberatan untuk menguatkanmu.

Ibu, tak banyak kata terucap untuk melukiskan cintamu. Karena kau, lebih dari sekedar kata. Ibu, kasihmu tak hingga sepanjang masa..

di Balik Anak Hebat, Ada Ibu Super!
di Balik Super-Dad, Ada Super-Mom..