Selasa, 27 Desember 2011

Jiwamu "Haus"? "Segarkan" dengan Al-Qur'an #1





"Dan pada sisi Allah-lah kunci-kunci semua yang ghaib; tidak ada yang mengetahuinya kecuali Dia sendiri, dan Dia mengetahui apa yang di daratan dan di lautan, dan tiada sehelai daun pun yang gugur melainkan Dia mengetahuinya (pula), dan tidak jatuh sebutir biji-pun dalam kegelapan Bumi, dan tidak sesuatu yang basah atau yang kering, melainkan tertulis dalam kitab yang nyata (Lauhl Mahfudz)."
(QS. Al An'aam (6) : 59)


Konspirasi!
Ini pasti ada yang menyutradarai!
Saya gak terima! Pasti ada dalang dibalik semua ini!

Hasil yang baik, bisa jadi karena proses yang baik pula. Ambillah positifnya. Lekaslah bergerak! Kewajiban kita di dunia sebagai khalifah, utusan Allah, itu LEBIH BANYAK daripada waktu kita di dunia. Tentunya kita haruslah melakukan ekspansi da'wah. Bukankah Allah juga berfirman bahwa kita haruslah memberikan manfaat kepada sekitar kita, kepada Islam ini. Harus memberikan lebih banyak manfaat. Harus memberikan manfaat yang lebih banyak.

Memang ada sutradara dibalik yang terjadi dalam hidup kita. Memang ada dalang dibalik semuanya. Siapa? Allah. Dia-lah yang telah mengatur segala kehidupan kita, bahkan, gugurnya daun pun telah diatur dengan sangat cantik oleh-Nya. Skenario-Nyalah yang terindah, Kawan. Mari mencoba berlapang dada. Untuk perbaikan diri kita. Untuk ekspansi da'wah kita.. :)

Islam sebagai "Kacamata"




Di suatu hari yang cerah, diadakanlah sebuah permainan. Permainan mencari sebuah kubus, di mana dalamnya terdapat selembar tiket. Pemenang dari permainan ini nantinya akan mendapatkan paket perjalanan ke suatu tempat wisata. Sedangkan syarat dari permainan ini adalah peserta hanya boleh mengambil satu bangun ruang. Tak mengherankan, banyak peserta yang terburu-buru agar segera menemukan kubus tersebut. Di akhir permainan, panitia mengevaluasi hikmah dari permainan ini. Tak sedikit peserta yang terkecoh, lalu mengambil balok maupun limas. Mereka yang mengambil balok maupun limas mengaku bahwa mereka hanya melihat dengan satu sisi. Ya, memang ada satu sisi di mana bentuk kubus, balok, maupun limas menjadi terlihat sama.

Cerita di atas hanyalah ilustrasi yang mungkin pernah kita lakukan atau hal yang serupa dengan inti dari cerita tersebut. Apa itu? Ya, mengultimatum suatu hal hanya dengan menilainya dari satu sisi. Penilaian secara cepat itu seringkali tepat, namun tak jarang pula menghadirkan penyesalan karena sikap yang tergesa-gesa.

Ketika manusia dihadapkan pada suatu kondisi yang menuntut mereka harus bergerak cepat, seringkali ketergesa-gesaan menyertai, hingga mereka tidak fokus berpikir. Karena yang ada di dalam benaknya adalah bergerak cepat, hanyut dalam emosi sesaat, dan melupakan bahwa mereka harus bergerak tepat pula. Di sinilah kita perlu menilai dari segala sisi. Melihat manfaat dan mudharat dari sesuatu, untuk kemudian memutuskan bagaimana kita harus bertindak.

Islam. Islam memandang daging babi haram, namun dalam agama lain bisa saja menghalalkannya. Mungkin saja kemudian muncul sebuah pertanyaan di antara mereka, “Mengapa babi diharamkan? Bukankah rasanya enak?”

Islam itu sempurna dan menyeluruh. Semua aspek kehidupan manusia telah diatur dengan sistematis dalam Islam, misalnya saja dalam pengharaman daging babi. Jika ditelusuri lebih lanjut, pada daging babi tidak jarang ditemukan cacing pita (maupun telurnya) yang bila bersarang di tubuh kita, nantinya akan merusak kesehatan kita.

Itulah Islam. Islam menilai dari berbagai aspek. Islam sebagai kacamata, dapat kita “gunakan” untuk berpandangan secara luas. Menyeluruh. Setelah itu, lahirlah keputusan-keputusan bijak yang dapat menjadikan kita dapat bergerak tepat. Lalu apa hubungannya dengan kacamata kuda?

Nah, inilah analogi lawannya. Teman-teman pasti pernah melihat kuda dengan kacamatanya? Janganlah kita sebagai manusia berpandangan seperti kuda dengan kacamatanya. Maksudnya apa? Cobalah perhatikan seekor kuda yang hanya melihat dari satu sisi, di mana sisi lain ditutupi, sehingga kuda hanya dapat melangkah lurus. Kuda yang hanya melihat dari satu sisi, hanya dapat bergerak dengan perintah kusirnya. Padahal bila kuda tidak menggunakan kacamatanya, ia bisa melihat indahnya pemandangan di sisi jalan, melihat temannya sesama kuda yang berada di sampingnya, atau mungkin dapat melihat cantiknya kuda lain.

Bila kita kembali pada ilustrasi permainan kubus, melihat dengan satu sisi membuat kita hanya dapat melihat persamaan, lalu berkeputusan. Padahal ada perbedaan yang harus diperhatikan pula. Perbedaan itulah yang menjadikan kubus, balok, maupun limas menjadi berbeda. Penilaian dari segala aspeklah yang menjadikan kita bijaksana dalam berkeputusan dan bertindak secara tepat.

Pandanglah Islam sebagai kacamata, yang melihat suatu hal dari segala sudut, yang menjadikan kita berpandangan luas. Islam sebagai kacamata, yang melihat perbedaan sebagai sesuatu yang dihargai, menjadi sesuatu yang dipertimbangkan, untuk kemudian menjadi sebuah kebijakan.

Minggu, 25 Desember 2011

Sabtu, 24 Desember 2011

Bila Hati Laksana Sebuah Puzzle




Bila hati laksana sebuah puzzle
Maka cintalah kepingannya
Kepingan yang harus kau rangkai sempurna
Hingga terlihat keindahan hati,
dengan rangkaian cinta..
Cinta abadimu pada Sang Pencipta hati
Cinta pada agama dan bangsamu
Cinta pada ayah-bundamu
Cinta pada sesamamu
Dan keping terakhir..
Keping yang kan mengindahkan hatimukah?
Ataukah keping yang kan meluluhlantahkan semua cinta yang selama ini telah kau susun..
Hingga memaksamu tuk merangkainya kembali?
Itulah cintamu padanya
Dia yang suatu hari nanti ikut mewarnai hari-harimu
Membangkitkan semangat dalam langkahmu
Hingga kau yakin..
Dialah yang kan bersanding denganmu tuk lalui kehidupan ini
Menemani hingga kau menutup usia..
Maka ikhwah..
Berhati-hatilah kau merangkai hati
Tak hanya menyertakan logikamu
Namun pahamilah Islam jua,
yang kan menuntunmu merangkai keping demi keping itu
Hingga hatimu menjadi indah karena cinta..
Selamat merangkai hati..