Senin, 30 Januari 2012

Lurus dan Rapatkan Shaf, Yuk!





Blis!" panggil seorang Kiai, ketika baru masuk masjid.
Iblis merasa terusik dan berkata : "Kau kerjakan saja tugasmu kiai, Tidak perlu kau larang-larang saya. Ini hak saya untuk menganggu setiap orang dalam masjid ini!"

Pak Kiai : "ini rumah ALLAH, blis! Tempat yang suci, kalau kau mau ganggu, kau bisa diluar nanti!" Kiai coba mengusir iblis.
Iblis : "Kiai, hari ini adalah hari uji coba sistem baru". Kiai tercenggung. "Saya sedang menerapkan cara baru, untuk menjerat manusia".
"Dengan apa?", tanya kiai.
Iblis : "Dengan sajadah !".
Kiai : "Apa yang bisa kau lakukan dengan sajadah, blis? "
Iblis : "Pertama, saya akan masuk ke setiap pemilik saham industri sajadah. Mereka akan saya jebak dengan mimpi untung besar. Sehingga, mereka akan tega memeras buruh untuk bekerja dengan upah dibawah UMR, demi keuntungan besar!"
Kiai : " Ah, itu kan memang cara lama yang sering kau pakai. Tidak ada yang baru ?"
Iblis : " bukan itu saja kiai, Saya juga akan masuk pada setiap desainer sajadah. saya akan menumbuhkan gagasan, agar para desainer itu membuat sajadah yang lebar-lebar"
Kiai : "Untuk apa ?"
Iblis : "Supaya, saya lebih berpeluang untuk menanamkan rasa egois di setiap kaum yang kau pimpin, Kiai! Selain itu, saya akan lebih leluasa, masuk dalam barisan sholat. Dengan sajadah yang lebar maka barisan shaf akan renggan. Dan saya ada dalam kerenganggan itu. dari situ saya bisa ikut membentangkan sajadah".

(Quote from Bemby Yulio's note)

***

Sesungguhnya ALLAH dan para malaikat-NYA mencurahkan rahmat-NYA kepada orang yang menyambungkan barisan shaf-nya. (HR. Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban dalam shahih keduanya dan Hakim, Hakim berkata, hadits ini shahih sesuai dengan syarat Imam Muslim)

“Maka, aku melihat ada seseorang yang merapatkan bahunya dengan bahu kawannya, lututnya dengan lutut kawannya, dan mata kakinya dengan mata kaki kawannya.” (HR. Abu Daud No. 662. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam As Silsilah Ash Shahihah, 1/39, No. 32. Darul Ma’arif)

2 komentar: